Selasa, 29 Desember 2015

Curhat Penumpang Bertaruh Nyawa dengan Lion Air





Global Gosip - Masalah masih terus mendera maskapai Lion Air. Seperti yang sudah-sudah, pesawat Lion Air tidak lepas dari problem keterlambatan penerbangan. 

Pengalaman tak menyenangkan menggunakan layanan Lion Air kembali dikeluhkan oleh penumpang. Salah satu penumpang dengan akun Facebook Kartini Kongsyahyu, menuliskan pengalaman mendebarkan dan mengancam nyawa bersama Lion Air. 

Dalam postingan di Facebook, Kartini menceritakan pengalaman penerbangan pada 27 Desember 2015 dari Denpasar Bali menuju Makassar. 

Pesawat dijadwalkan terbang pukul 21.00 waktu Bali, namun delay satu jam tanpa alasan jelas. Kartini menuliskan setelah satu jam berlalu, Lion Air mengumumkan delay kembali, namun disertai dengan alasan delay yang tak jelas. 

"Delay lagi dengan berbagai macam alasan dari pesawat dibersihkan dulu, pesawat rusak, tunggu pesawat pengganti dari jogja atau surabaya datang, sampai akhirnya jam 12 malam barulah naik ke pesawat (total 3jam delay)," tulis dia. 

Derita Kartini bersama penumpang lainnya tak berhenti dengan delay tiga jam tersebut. Kartini menuliskan saat pesawat lepas landas mulai terdengar suara aneh yaitu suara gemuruh keras seperti  bunyi 10 vacuum cleaner atau 20 hair dryer dinyalakan bersamaan. 

Awalnya, Kartini berpikir suara aneh itu berasal dari suara hujan, tapi setelah melihat ke luar ternyata cuaca sedikit berawan. Firasat Kartini yang sering bepergian pun merasakan ada yang tak beres. 

"Dan ternyata benar, tidak lama kemudian keluar pengumuman dr awak pesawat kalau pesawat akan mendarat kembali di bandara Ngurah Rai karena alasan kerusakan teknis !!," kata dia. 

Saat mendarat kembali, Kartini menuliskan, awak kabin tak menjelaskan kerusakan apa yang terjadi. Penumpang diminta menunggu dalam pesawat selama 20 menit untuk memperbaiki kerusakan dan penerbangan akan dilanjutkan kembali dengan pesawat yang sama. 

Lion Air mengumumkan jika tidak dilanjutkan dengan pesawat yang sama, maka akan diganti dengan pesawat Lion Air lainnya dan masih harus menunggu. Dalam situasi waktu sudah masuk 28 Desember 2015 pukul 02.00, anak Kartini sudah menangis, tertidur tidak jelas arah. 

Dalam kondisi tersebut, Kartini dan penumpang lainnya memaksa turun dari pesawat disertai debat dengan pramugara dan ancaman tiket akan hangus. Tapi,  Kartini tak peduli dengan situasi tak pasti di dalam pesawat. 

Begitu turun dari pesawat, Kartini dan penumpang lainnya terkejut, sebab di landasan sudah bersiap mobil SAR. Belakangan diketahui kerusakan ada di pintu depan pesawat yang tidak bisa tertutup rapat. Kerusakan itu juga yang menyebabkan suara bising di dalam pesawat. 

"Bisa anda bayangkan kalau tekanan udara kuat maka bisa membuat kabin pesawat hancur seketika, semua penumpang akan beterbangan dilangit malam Bali !!!. Saya tidak berhenti berucap syukur masih diberi kesempatan hidup.
Untunglah Tuhan masih melindungi kami sekeluarga," tulis dia. 

Derita Kartini dan penumpang lainnya tak berakhir. Dia berpikir rela tiketnya hangus, ia lebih sayang dengan nyawanya. 

Pukul 03.00 waktu Bali, Lion Air akhirnya mengembalikan tiket penuh. Kemudian Kartini dan keluarga merasakan telantar mencari hotel untuk istirahat. 

"Tak ada taxi dan hampir semua hotel penuh, atau dengan harga yg menggila, tentu saja semua dengan biaya SAYA SENDIRI. Jam 4 subuh akhirnya kami menemukan hotel yg tersedia dan bisa menjemput di bandara," tulis dia. 

Menutup keluhannya tersebut, Kartini menyindir pelayanan dan jaminan keamanan yang diberikan Lion Air. Pengalaman itu membuatnya kapok untuk menggunakan layanan Lion Air di masa depan.

"Terima kasih Lion air untuk pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup. Dan untuk sekarang tidak akan ada Lion air dalam kamus traveling saya ! Lion air mmg layak mendapat rating sebagai maskapai penerbangan terburuk sedunia!," tulis dia.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review